Pada hari itu aku mendapat hadiah dari kekasih ku, seekor kucing lucu, bola matanya yang biru,bulunya yang lebat dan putih bersih, aku sangat senang sekali mendapat hadiah dari kekasih ku, sudah lama sekali aku mengidam-ngidamkan ingin mempunyai kucing lucu berwarna putih, Aku sangat menyukainya, dia begitu lucu dan menggemaskan, itu pertama kalinya aku memelihara seekor kucing blasteran, setiap hari aku menjaga dan menyayanginya, aku memberinya makan yang terbaik yang aku mampu.
Kucing itu ku beri nama si Putih, dia kucing penakut, sangking penakutnya dia tidak berani keluar rumah,setiap aku beres-beres rumah dia selalu ikut keluar dan mengajak ku bercanda, aku sangat senang saat itu, aku merasa hidup ku jadi berwarna, dulu sebelum ada si Putih setiap beres-beres rumah aku melakukannya sendirian, maklumlah kedua orang tua ku sibuk bekerja dan adik-adik ku sekolah, aku juga jarang berada dirumah karna harus kuliah, jadi aku juga tidak punya teman dirumah.
Setiap hari saat aku libur atau sepulang kuliah ku habiskan waktu bersama dengannya, aku senang sekali, sehari dua hari, seminggu dua minggu, waktu begitu cepat berlalu tanpa terasa hampir satu bulan ku habiskan waktu bersamanya, hingga di suatu malam yang sunyi, saat itu bulan ramadhan sekitar jam 2 pagi, tibatiba aku mendengar suara, seperti sesuatu yang jatuh, aku terbangun dari tidur ku dan ku lihat si Putih sudah terbaring di lantai, ternyata dia terjatuh dari tempat tidur.
Saat itu aku mengira dia hanya terjatuh dan tidak akan terjadi apa-apa padanya, ternyata dugaan ku salah disitulah awal mula kesedihan ku, setelah terjatuh si Putih terus menangis dan tiba-tiba dia kejang-kejang dan seluruh tubuhnya kaku dan membiru, aku bingung, aku tidak tau harus berbuat apa, kebetulan pada saat itu kedua orang tua ku sedang tidak ada dirumah, mereka sedang ada tugas jadi harus menginap selama lima hari. Aku begitu kalut, air mata ku terus mengalir tanpa henti, dalam pikiran ku berkecamuk, air mata ki semakin deras aku tak kuasa menahannya aku tak sanggup jika harus kehilangan dia, aku tidak tahu harus membawanya kemana karena di dekan rumah ku tidak terdapat klinik hewan.
Dia terus mengerang, seolah menahan sakit yang teramat sangat, hati ku semakin pilu melihat wajahnya yang kesakitan dan mendengar suaranya yang seolah-olah berkata, “ ibu.. ibu.. aku kesakitan.” Dia terus kejang-kejang selama dua jam, aku usap-usap dia, aku pijat dia perlahan untuk menghilangkan rasa sakit yang di deritanya, dan sesaat dia sembuh, namun tak berapa lama kejang-kejangnya kambuh lagi, aku semakin bingung, air mata tak henti-hentinya mengalir deras,aku belum siap jika harus kehilangan dia begitu cepat, aku tidak tahu harus bagaimana.
Sesaat sebelum dia mati, aku melihat tatapan mata si Putih yang seolah berkata, “biarkan aku pergi, aku tak sanggup jika harus menahan sakit seperti ini”. Setelah aku melihat tatapan matanya akhirnya aku bisa merelakannya untuk pergi, walau dengan berat hati aku tetap berusaha untuk tegar, karena ada seseorang yang selalu menguatkan aku, dia adalah kekasih ku.